SOSIOLOGI
a.
Definisi
Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin
yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu
pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku
yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte
(1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi
dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu
yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.
Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku
sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.Sebagai
sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari
hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan
berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.
b.
Objek
Ilmu Sosiologi
Sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek:
Objek
Material
Objek
material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan
antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
Objek Formal
Objek
formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau
masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia
antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam
masyarakat.
Objek
budaya
Objek
budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
Objek Agama
Pengaruh
dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial
masyarakat, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang memengaruhi hubungan
manusia.
c.
Sejarah
Ilmu Sosiologi
Istilah
Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan
Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak
Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di
Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara
khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian
berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat
pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis,
dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya
masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang
perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut
disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan
besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile
Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim
Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan
beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan
Sosiologi.
d.
Manfaat
Ilmu Sosiologi
·
Sudut pandang sosiologis menantang
pemahaman-pemahaman yang lazim (mapan) mengenai diri kita sendiri dan pihak
lain. Hal itu menjadikan kita bisa menilai secara kritis berbagai kebenaran
yang didasarkan pada asumsi-asumsi yang dianggap lazim. Dengan berpikir
sosiologis, kita bisa mengetahui bahwa gagasan-gagasan yang selama ini kita
terima sebagai kebenaran boleh jadi belum tentu benar.
·
Sudut pandang sosiologis memampukan kita
untuk menilai peluang-peluang dan hambatan-hambatan yang ada dalam kehidupan
kita. Cara berpikir sosiologis akan membantu kita memahami proses yang
sesungguhnya terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, kita bisa menempatkan
diri secara lebih tepat dan meraih tujuan dengan lebih efektif.
·
Sudut pandang sosiologis akan lebih
memampukan kita untuk menjadi partisipan yang aktif dalam kehidupan masyarakat.
Tanpa kesadaran mengenai bagaimana sesungguhnya proses-proses dalam masyarakat
itu terjadi, kita tak akan pernah bisa mengubah keadaan. Sebaliknya, dengan
memahami proses-proses tersebut, kita akan lebih mampu berpartisipasi mengubah
masyarakat.
·
Sudut pandang sosiologis membantu kirta
untuk menghargai perbedaan umat manusia dan menyiapkan kita dalam menghadapi
tantangan-tantangan hidup dalam dunia yang plural. Sudut pandang sosiologis
memampukan kita untuk berpikir secara kritis mengenai kekuatan dan kelemahan
berbagai cara hidup masyarakat, termasuk cara hidup kita sendiri.
e.
Hubungan
Ilmu Sosiologi Dengan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya
Secara
langsung maupun tidak langsung sosiologi berkaitan dengan ilmu-ilmu lain dari
berbagai segi kehidupan manusia karena sosiologi adalah ilmu yang mengkaji
masyarakat dalam teori dan prakteknya seperti
sejarah-ekonomi-politik-antropologi dan psikologi sosial.
1. Sosiologi dan Sejarah
Merupakan
dua ilmu sosial yang sama-sama mengkaji kejadian dan hubungan yang dialami
manusia. Sejarah lebih difokuskan pada peristiwa yang terjadi pada masa lampau,
juga ingin menemukan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa dan sejarah menaruh
perhatian khusus pada sifat-sifat unik dari peristiwa-peristiwa sejarah
sedangkan sosiologi hanya mengamati peristiwa-peristiwa yang merupakan proses sosial
yang muncul dari hubungan antar manusia dalam situasi dan kondisi yang
berbeda-beda.
Artinya,
sejarah menyoroti perbedaan-perbedaan yang terjadi pada peristiwa-peristiwa
yang sama, sedangkan sosiologi menyoroti persamaan-persamaan yang ada dari peristiwa
yang berbeda.
2. Sosiologi dan Ekonomi
Ekonomi
merupakan ilmu yang menyelidiki semua fenomena yang berhubungan dengan
usaha-produksi-konsumsi dan distribusi sumber daya.
Contohnya
: ekonomi berusaha memecahkan masalah yang timbul karena tidak seimbangnya
persediaan pangan dengan jumlah penduduk dengan cara menaikkan produksi bahan
pangan.
Sosiologi
berusaha melihat permasalahan ini dengan melibatkan unsur-unsur dalam
masyarakat misalnya petani
3. Sosiologi dan Politik
Politik
meneliti tentang pemerintah dan menjelaskan kompleksitas- pemerintahan antara
lain mempelajari tentang upaya untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan usaha untuk
memperoleh kekuasaan-penggunaan kekuasaan. Sosiologi memusatkan perhatiannya
pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum untuk memperoleh kekuasaan
digambarkan oleh sosiologi sebagai salah satu bentuk persaingan atau konflik.
4. Sosiologi dan Antropologi
Antropologi
memusatkan perhatiannya pada masyarakat tradisional yang masih sederhana
kebudayaannya, sedangkan sosiologi mengamati masyarakat-masyarakat modern yang
strukturnya sudah kompleks. Jika kita melihat masyarakat yang sedang berada
dalam roses peralihan sebagai sebuah proses saling mempengaruhi antara
unsur-unsur tradisional dan unsur-unsur modern, maka Antropologi lebih
memandang pada unsur-unsur tradisionalnya, sedangkan sosiologi lebih mengamati
unsur-unsur yang modern. Intinya sosiologi dan antropologi merupakan dua ilmu
sosial yang saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain.
5. Sosiologi dan Psikologi Sosial
Ilmu
psikologi sosial meneliti perilaku manusia sebagai individu antara lain
meneliti tingkat kepandaian seseorang, kemampuannya, daya ingatannya,
impian-impiannya dan perasaan kecewanya. Jadi psikologi sosial adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu yang
ditimbulkan dan dipengaruhi oleh situasi-situasi sosial.
ANTROPOLOGI
a.
Definisi
Sosiologi
Antropologi berasal dari Bahasa Yunani
“anthropos” yang artinya manusia dan “logy” atau “logos” yang berarti ilmu yang
mempelajari tentang manusia. Sedangkan pengertian secara harfiah adalah ilmu
yang mempelajari tentng manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat bagi manusia itu sendiri, dan memberikan pengertian tentang budaya,
tradisi, bahasa, adat istiadat dll.
“Antropologi” berarti “kajian manusia”
akan tetapi, yang jelas para pakar antropologi bukan satu-satunya pakar yang
berurusan dengan manusia, karena ada juga berbagai spesialis tentang Beethoven,
Euripides, Oedipus kompleks dan Perang Boer. Juga bukan berarti bahwa para ahli
antropologi hanya mengkaji manusia, sebagian menghabiskan waktunya menerobos
rimba Afrika untuk mengkaji primat berbulu.
Anthropology berarti “ilmu tentang
manusia” dan dalam istila yang sangat tua. Dahulu istilah itu di gunakan dalam
arti yang lain yaitu “ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia”. Dalam perkembangan
fase ketiga sejarah perkembangan antropologi, istilah itu mulaui dipakai
terutama di Inggris dan Amerika dalam arti yang sama dengan ethnology pada
awalnya. Di inggris kemudian di inggris istilah Anthropology malahan yang
mendesak istilah ethology dan di Amerika istilah Anthropology di pakai dalam
arti yang amat luas, karena meliputi baik bagian-bagian fisik maupun sosial
dari “ilmu tentang manusia”. Di Eropa Barat dan Tengah istilah Anthropology
dipakai dalam arti khusus, yaitu ilmu tentang ras-ras manusia dipandang dari
ciri-ciri fisiknya.
b.
Objek
Ilmu Antropologi
Sub-sub bidang kajian antropologi dapat
dikategorisasi menurut dua cara, yakni menurut masalah yang dipelajari (budaya
dan fisikal) dan menurut kurun waktu terjadinya fenomena yang dipelajari
(lampau dan sekarang). Sub-sub bidang kajian antropologi dan cabang ilmu yang
mempeljarinya menurut Stanley Wahburn, yaitu :
a.
Antropologi ragawi :
Mempelajari
tentang evolusi manusia dan hubungan dengan hewan lain, khususnya primat, pada
hakikatnya lebih dekat kepada biologi dari pada ilmu sosial. Namun demikian,
para ilmuan antropologi budaya tergantung pada informasi dari ilmuwan ragawi
mengenai unsur-unsur biologis yang unik pada manusia yang esensial dalam
pembentukan kebudayaan. Sebaliknya para ilmuwan antropologi ragawi juga sangat
tertarik pada ras manusia. Mereka mempergunakan berbagai konsep budaya untuk
klasifikasi ras manusia.
b.
Antropologi budaya dan social :
ntropologi budaya mempelajari
keseluruhan kebudayaan termasuk perubahan, akulturasi dan difusi kebudayaan
sebaliknya konsep kunci dalam antropologi sosial adalah struktur sosial, bukan
kebudayaan. Antropologi budaya memfokuskan diri pada pelacakan sejarah dari
unsur-unsur kebudayaan, sedangkan antropologi sosial memfokuskan pada pencarian
hukum-hukum dan generalisasi tentang lembaga-lembaga sosial. Dengan ringkas
dapat dikatakan bahwa antropologi budaya lebih bersifat deskriptif historik,
sedangkan antropologi sosial lebih bersifat eksplanatori.
c.
Etnografi, etnologi, dan linguistic :
Adalah
3 sub-bidang antropologi yang sangat berdekatan satu dengan lainnya. Etnografi
adalah sub-bidang antropologi yang mendeskripsikan secara akurat kebudayaan-kebudayaan
yang masih hidup sekarang. Etnologi menaruh perhatian untuk
membanding-bandingkan dan menjelaskan kesamaan dan perbedaan antar sistem
kebudayaan. Linguistik dikhususkan untuk mendeskripsi dan menganalisis
bahasa-bahasa yang dipergunakan dalam berbagai kebudayaan.
d.
Arkheologi atau prahistori :
Adalah
sub-bidang antropologi yang berusaha merekonstruksi sejarah masyarakat yang tak
punya sejarah tertulis dengan cara menggali”artifact” (objek yang berupa benda
buatan manusia) dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.
c.
Sejarah
Ilmu Antropologi
Seperti halnya sosiologi, antropologi
sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.Koentjaraninggrat
menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
·
Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar
abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi
dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan
penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan.
Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing
tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau
bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing
tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang
bangsa-bangsa.
Bahan
etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada
permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku
luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul
usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
·
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada
fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi
karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu.
masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka
waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai
bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa
yang tinggi kebudayaannya
Pada
fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
·
Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada
fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain
seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun
koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa
asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa
serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara
Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya.
Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku
bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan
pemerintah kolonial.
·
Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada
fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku
bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh
kebudayaan bangsa Eropa.
Pada
masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar
negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun
pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah
Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa
tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam
terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses
perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan
kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di
daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
d.
Manfaat
Mempelajari Ilmu Antropologi
1.
Dapat mengetahui pola prilaku tiap-tiap masyarakat dari berbagai suku bangsa.
2.
Dapat mengetahui peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga
masyarakat dari kedudukan yang kita sandang.
3.
Dapat menimbulkan toleransi yang tinggi yang disebabkan pengetahuan terhadap
tata pergaulan masyarakat diseluruh dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan
sesuai karakteristik daerah masing-masing.
4.
Dapat memperluas wawasan terhadap karakteristik suku bangsa yang berbeda-beda.
5.
Dapat mengetahui berbagai macam permasalahan dalam masyarakat sehingga mampu
memberi suatu gagasan untuk memecahkan permasalahan yang muncul dalam
lingkungan masyarakat tersebut.
e.
Hubungan
Ilmu Antropologi Dengan Cabang Ilmu-ilmu Sosial Lainnya
·
Hubungan Antropologi dan Ilmu Sejarah
Sejarah,
memiliki kaitan yang sangat penting dan erat dengan antropologi karena ilmu
sejarah menyumbang fakta dan data masa lampau suatu daerah, sehingga kita dapat
mengetahui sejarah dan perkembangan suatu suku bangsa yang akan dijadikan
sebagai objek kajian atau penelitian dalam antropologi.
·
Hubungan Antropologi dan Geografi
Geografi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi beserta isinya. Dan isi dari bumi itu sendiri adalah flora,
fauna dan bentang alam yang terdapat di permukaan bumi. Sehingga jika dilihat dari objek kajian
geografi yang juga menyebutkan manusia, maka dengan kata lain geografi
memerlukan sentuhan antropologi dalam kajiannya. Hal ini dikarenakan antropologi mempelajari
tentang berbagai warna manusia, baik dari segi suku bangsa, etnis, maupun
ras. Begitu pula sebaliknya, antropologi
juga memerlukan geografi untuk memepelajari tentang bentang alam. Karena salah
satu yang mempengaruhi kebudayaan manusia adalah keadaan lingkungan fisik
tempat mereka hidup.
·
Hubungan Antropologi dan Ekonomi
Keadaan
masyarakat sangat mempengaruhi kekuatan, proses serta hukum-hukum yang berlaku
dalam aktivitas ekonomi masyarakat.
Untuk membangun perekonomian disuatu negara, seorang ahli ekonomi
memerlukan bahan komparatif mengenai berbagai unsur kemasyarakatan dalam negara
tersebut. Dan untuk mengumpulkan
data-data atau keterangan tersebut ilmu antropologi sangat diperlukan. Begitu juga sebaliknya, setiap perubahan yang
terjadi dalam bidang ekonomi akan berdampak pada perubahan kebudayaan.
·
Hubungan Antropologi dan Hukum
Antropologi
digunakan oleh banyak ahli hukum, terutama hukum adat. Untuk melakukan penelitian tentang hukum adat
yang berlaku di beberapa tempat. Anttropologi penting digunakan karena hukum
adat bukan merupakan hukum yang tertulis, melainkan hukum yang timbul dan hidup
langsung dalam masyarakat.
Antropologi
juga memerlukan bantuan dari ilmu hukum karrena setiap masyarakat pasti
mempunyai hukum yang digunakan dalam pengendalian sosial. Hukum yang berlaku
dalam masyarakat turut mempengaruhi kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat
tersebut. Untuk itu seorang antropolog harus mempunyai pengetahuan umum tentang
konsep-konsep hokum secara umum.
PSIKOLOGI
SOSIAL
a.
Definisi
Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah suatu studi
tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli dalam bidang
interdisipliner ini pada umumnya adalah para ahli psikologi atau sosiologi,
walaupun semua ahli psikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai
unit analisis mereka.
Psikologi sosial sempat dianggap tidak
memiliki peranan penting, tapi kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi
modern, psikologi sosial mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah
memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa
dari masyarakat kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan
yang dilakukan secara sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa
untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan
situasi, permasalahan, dan budaya.
Walaupun terdapat banyak kesamaan, para
ahli riset dalam bidang psikologi dan sosiologi cenderung memiliki perbedaan
dalam hal tujuan, pendekatan, metode dan terminologi mereka. Mereka juga lebih menyukai
jurnal akademik dan masyarakat profesional yang berbeda. Periode kolaborasi
yang paling utama antara para ahli sosiologi dan psikologi berlangsung pada
tahun-tahun tak lama setelah Perang Dunia II.Walaupun ada peningkatan dalam hal
isolasi dan spesialisasi dalam beberapa tahun terakhir, hingga tingkat tertentu
masih terdapat tumpang tindih dan pengaruh di antara kedua disiplin ilmu
tersebut.
b.
Objek
Psikologi Sosial
Objek Material adalah sesuatu yang dibahas,
dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang ditentukan atau sesuatu yang
dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal
konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia.
Objek formal adalah cara memandang, cara
meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta
prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda
ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan
lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut
bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi,
menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang
bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya.
c.
Sejarah
Ilmu Psikologi Sosial
Psikologi sosial menjadi satu ilmu yang
mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku teks yang terkenal
yaitu "Introduction to Social Psychology" ditulis oleh William
McDougall - seorang psikolog - dan "Social Psychology : An Outline and
Source Book , ditulis oleh E.A. Ross - seorang sosiolog. Berdasarkan latar
belakang penulisnya maka dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa
di"claim" sebagai bagian dari psikologi, dan bisa juga sebagai bagian
dari sosiologi.
Publikasi lain yang dianggap fenomenal
dalam kelahiran psikologi social adalah tulisan dari Floyd Allport pada tahun
1924. Dalam tulisannya Allport terlihat berorientasi modern, setidaknya dalam
padangan saat ini. Argumentasinya terbukti bahwa tingkah laku social berakar
dari berbagai factor, mulai dari kehadiran orang lain hingga penggunaan metode
eksperimental untuk penelitian psikologi social. Ia juga mengangkat isu yang
ternyata di kemudian hari masih diperbincangkan dan didiskusikan misalnya
konformitas dan emosi seseorang yang terlihat dari ekspresi wajah.
Tokoh lain yang berpengaruh pada
perkembangan psikologi adalah Kurt Lewin. Lewin dengan Teorinya field Theori
(teori lapangan) mengembangkan bagaimana perilaku terbentuk. Dia memberikan
rumusan teoritis B = f (P,E). Tingkah laku (B: Behavioral) merupakan hasil dari
fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E: Environment).
Psikologi sosial juga merupakan pokok
bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua perspektif
utama, yaitu perspektif struktural makro yang menekankan kajian struktur
sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada kajian individualistik dan
psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia.. Di Amerika
disiplin ini banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American Sociological
Association terdapat satu bagian yang dinamakan "social psychological
section", sedangkan di Indonesia, secara formal disiplin psikologi sosial
di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam prakteknya tidak sedikit para
pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini sehingga dalam berbagai
tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut mewarnainya
Tahun 1970 dan 1980-an merupakan puncak
masa pendewaan psikologi social. Ragam topic penelitiannya juga meluas.
Misalnya, kita temui atribusi, sikap, perbedaan geder, psikolgi lingkungan,
psikologi politik dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di masa depan, penelitian akan mengarah
pada kognisi dan penerapan psikologi social dengan menggunakan perfektif
kebudayaan. Factor kognisi berupa atribusi, sikap, stereotip, prasangka dan
disonansi kognitif (Baron dan Byrne, 1994; Glassman dan Hadd, 2004) adalah
dasar dari tingkah laku sosial manusia. Ketertarikan untuk mengembangkan faktor
ini dalam psikologi sosial berkembang pada tahun 1970-an. Perpektif kebudayaan
dan sosial sebagai tingkat analisis utama. Hal ini terlihat pada perkembangan
identitas sosial, representasi sosial dan sebagainya.
Kelahiran psikologi di Indonesia menjadi
awal dari keberadaan psikologi sosial di Indonesia. Diawali dengan munculnya bagian
psikologi sosial di fakultas psikologi di Universitas Indonesia pada tahun
1967. Kelahirannya di Indonesia bersamaan dengan masa-masa berkembangnya
psikologi sosial di dunia. Selanjutnya, ditahun yang sama, fakultas psikologi
Universitas Indonesia mengembangkan bagian psikologi sosial yang kemudian
menghasilkan para peneliti-peneliti awal psikologi sosial di Indonesia.
Psikologi social merupakan perkembangan
ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi
pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh
tentang pengertian psikologi social dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial
adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu
dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Sedangkan latar belakang timbulnya
psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat, semisal, Gabriel Tarde
mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi
sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia. Berbeda lagi dengan
Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu
dan jiwa massa yang masing-masing berlainan sifatnya.
Jiwa massa lebih bersifat primitif
(buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada sifat-sifat jiwa individu.
Berlaianan dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu
sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering
tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam.
Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam buku yang mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan psikologi sosial.
d.
Manfaat
Psikologi Sosial
Pada dasarnya mempelajari psikologi/ ilmu jiwa adalah
untuk menjadikan manusia supaya hidupnya baik, bahagia dan sempurna. Jadi
manfaat mempelajari psikologi diantaranya:
1. Untuk memperoleh
pemahaman gejala- gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang
tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak khususnya.
2. Untuk mengetahui perbuatan-
perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah
laku manusia.
3. Untuk mengetahui cara
penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
4. Untuk mengetahui perilaku manusia
sebagai upaya menyesuaikan diri dan berhubungan dengan orang lain, sehingga
memudahkan memahami mengapa mereka berpikir, berperasaan dan berbuat
menurut cara mereka sendiri.
5. Dalam rangka mengatasi permasalahan
social, psikologi dapat mengurai pangkal masalah, setidaknya mengurangi problem
sosial.
6. Kita bisa peka terhadap perasaan
orang lain.
7. Mampu mencapai kualitas hidup yang
lebih baik.
8. Mampu memaksimalkan potensi diri
sendiri maupun orang lain dengan cara yang tepat.
9. Hidup menjadi lebih sehat. Karena
psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa tentunya tidak terpisahkan dari
jasmani. Dengan bantuan cara berfikir positif maka dapat menjadikan kita lebih
sehat.
10. Dapat memperkaya gaya kepemimpinan.
Tentunya dengan banyak teori yang ada dapat kita terapkan sebagai salah satu
cara memimpin yang sesuai dengan situasi yang ada.
e.
Hubungan Psikologi Sosial Dengan
Cabang Ilmu Sosial Lainnya
Serge moscovici seorang psikolog sosial
perancis menyatakan bahwa psikologi sosial adalah jembatan diantara
cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi sosial mengakui
pentingnya memandang individu dalam suatu system sosial yang lebih luas dan
karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan
ekonomi. Psikologi sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan
pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Dalam mengambil fokus ini
psikologi sosial beririsan dengan filsafat, sejarah, seni dan musik. Selain itu
psikologi sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami relevansi
dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial. Dalam hal
ini psikologi sosial misalnya mungkin mempertanyakan bagaimana keadaan orang
setelah menyaksikan suatu kejadian menakutkan akan mempengaruhi arousal secara
fisiologis, seperti tekanan darah dan serangan jantung. Karena perspektif ini,
maka dibahas tentang persepsi, kognisi dan respon fisiologis.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa
ciri khas dari psikologi sosial adalah memfokuskan pada individu daripada
kelompok atau unit. Sementara ahli ilmu sosial yang lain mempergunakan analisis
kemasyarakatan yakni mempergunakan faktor-faktor secara luas untuk menjelaskan
perilaku sosial. Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi
kelompok. Kelompok itu dapat kecil (keluarga), atau moderat (perkumpulan
mahasiswa, klub sepakbola), atau luas (suatu masyarakat). Sementara bidang
studi lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari perilaku individu
adalah psikologi kerpibadian. Pendekatan psikologi kepribadian adalah
membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi sosial adalah
mengidentifikasikan respon (cara bereaksi) dari sebagian besar atau kebanyakan
orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi
respon tersebut.
Dengan memperbandingkan ketiga
pendekatan tersebut dan dengan menggunakan contoh yang spesifik, dapat
dilakukan untuk menganalisis terjadinya
tindak kekerasan. Pendekatan kemasyarakatan cenderung menunjukkan adanya kaitan
antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi yang cepat,
dan industrialisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini,
pndekatan ini menunjukkan beberapa fakta tertentu yaitu orang yang miskin lebih sering melakukan
kejahatan. Kejahatan lebih banyak timbul di daerah kumuh ketimbang di
lingkungan elit; kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun di
saat kondisi ekonomi membaik.
Sementara pendekatan individual dalam
bidang psikologi yang lain (psikologi kepribadian, perkembangan dan klinis)
cenderung menjelaskan kriminalitas berdasarkan karakteristik dan pengalaman
criminal individu yang unik. Pendekatan ini akan mempelajari perbedaan
individual yang menyebabkan sebagian orang melakukan tindak criminal, yang
tidak dilakukan oleh orang lain dengan latar belakang yang sama, untuk itu,
biasanya mereka memusatkan pada latar belakang individu, misalnya bagaimana
perkembangan orang itu?. Disiplin apakah yang diterapkan orang tuanya?. Mungkin
orang tua yang kasar cenderung menumbuhkan anak belajar berperilaku kasar?.
Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan latar belakang keluarga anak
yang nakal dengan yang tidak nakal. Jadi analisis semacam ini memusatkan pada
bagaimana dalam situasi yang sama orang dapat melakukan perilaku yang berbeda karena
pengalaman masa lalu yang unik.
Sebaliknya psikologi sosial lebih
berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi
sosial yang terjadi. Psikologi sosial mempelajari perasaan subyektif yang
biasanya muncul dalam situasi sosial tertentu, dan bagaimana perasaan itu
mempengaruhi perilaku. Situasi interpersonal apa yang menimbulkan perasaan
marah, dan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku agresi?
Sebagai contoh, salah satu prinsip dasar psikologi sosial adalah bahwa situasi
frustasi akan membuat orang marah, yang memperbesar kemungkinan timbulnya
perilaku agresi. Akibat situasi yang menimbulkan frustasi ini merupakan
penjelasan alternative mengenai sebab timbulnya kejahatan. Hubungan itu tidak
hanya menjelaskan mengapa perilaku agresif terjadi dalam situasi tertentu,
tetapi juga menjelaskan mengapa faktor ekonomi dan kemasyarakatan menimbulkan
kejahatan. Misalnya, orang miskin berduyun-duyun dating ke kota akan mengalami
frustasi; mereka ternyata sulit mencari pekerjaan, mereka tidak dapat membeli
apa yang mereka inginkan, tidak dapat hidup layak seperti yang mereka
bayangkan. Dan frustasi ini merupakan sebab utama munculnya sebagian besar
perilaku criminal.
Psikologi sosial biasanya juga
menyangkut perasaan-perasaan subyektif yang ditimbulkan situasi interpersonal,
yang kemudian mempengaruhi perilaku individu. Dalam contoh ini situasi frustasi
menimbulkan kemarahan, yang kemudian menyebabkan timbulnya perilaku agresif.
Pada dasarnya psikologi sosial sangat berhubungan dengan ilmu sosial lainnya,
dimana psikologi sosial merupakan bagian dari semua cabang ilmu sosial lainnya.
SEJARAH
a.
Definisi
Ilmu Sejarah
Kata
sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya
pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata
tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau
penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang
berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history,
yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah
Geschichte yang berarti sudah terjadi.
Dalam
istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang dipakai dalam
literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu,
banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal-muasal,dalam bahasa Yunani
historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie,
bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi, dan
bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Melihat
pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa
pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh karena itu
masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan
cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.
Sejarah
adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian
yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam
kehidupan manusia, peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi,
unik, dan penting.
1. Peristiwa yang abadi
2. Peristiwa sejarah tidak berubah-ubah
dan tetap dikenang sepanjang masa.
3. Peristiwa yang unik
4. Peristiwa sejarah hanya terjadi satu
kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya.
5. Peristiwa yang penting
6. Peristiwa sejarah mempunyai arti
dalam menentukan kehidupan orang banyak.
b.
Objek Ilmu Sejarah
Objek
sejarah yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu
(masa lampau).Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah.Waktu dalam hal ini
adalah waktu lampau sehingga asal mula maupun latar belakang menjadi pembahasan
utama dalam kajian sejarah.
Sejarawan
setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan.Yaitu (1) pengawal daripada warisan
budaya dan (2) penutur kisah daripada perkembangan umat manusia. Dalam
kedudukannya yang pertama ia berminat kepada usaha untuk menetapkan suatu
cerita mengenai orang, peristiwa, pikiran, lembaga dan benda pada masa lampau
secara paling akurat, paling terperinci dan paling tidak memihak mungkin sejauh
diijinkan oleh pengetahuannya dan kritik mengenai sumber. Disini ia dapat memakai
semboyan “masalampau demi masalampau”. Akan tetapi disini sekalipun ia
menghadapi masalah seleksi (orang, peristiwa, pikiran, lembaga, atau hal mana
yang harus dipelajari?) dan saling-hubungan antara orang, peristiwa,
pikiran,lembaga dan hal. Tetapi dalam kedudukan yang kedua ia harus memliki
sesuatu teori mengenai bagaimana caranya umat manusia berkembang. Karenanya ia
tenggelam didalam filsafat dan sosiologi dan barangkali juga tenggelam didalam
pertimbangan yang bersifat pribadi mengenai seleksi serta titik berat pada
bahan yang mana.
Sejarah adalah yang paling
humanistis. Dimana seorang ahli antropologi akan berminat kepada pecahan
keramik terutama karena menyoroti suatu keadaaan budaya, atau seorang ahli
ekonomi berminat kepada sebuah matauang karena informasi yang diberikannya
mengenai sistim keuangan daripada masyarat yang membuatnya, untuk
mendapatkannya kedalam suatu trend yang dapat di ramalkan atau generalisasi
yang dapat mengendalikan, maka seorang sejarawan juga akan berminat kepada si
pembuat barang keramuk dan si pembuat matauangserta jamannya demi niali
intrinsiknya. Manusia sebagai individu, fakta sebagai unsur adalah penting bagi
sejarawan selaku sejarawan.
c.
Manfaat Ilmu Sejarah
1.Kegunaan
edukatif (memberi pelajaran)
Mempelajari
sejarah berarti belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan masyarakat, baik
pada masa sekarang atau masyarakat sebelumnya. Keberhasilan di masa lampau akan
dapat memberi pengalaman pada masa sekarang. Sebaliknya, kesalahan masyarakat
di masa lampau akan menjadi pelajaran berharga yang harus diwaspadai di masa
kini.
2.Sejarah
berguna memberikan inspirasi (ilham kepada kita)
Berbagai
kisah sejarah yang terjadi memberikan inspirasi (ilham). Misalnya, Pangeran
Diponegoro berusaha melawan dengan sistem gerilya terhadap pasukan Jenderal De
Kock, dan selama 5 tahun ia berhasil memorak-porandakan pihak Belanda. Begitu
juga perjuangan rakyat Indonesia dalam gerakan nasional yang ditandai lahirnya
Budi Utomo memberikan inspirasi bagi kita untuk hidup kreatif, bersatu, dan
selalu mengutamakan persatuan untuk tercapainya Indonesia merdeka. Sikap rela
berkorban demi persatuan dan berjuang tanpa pamrih telah ditunjukkan oleh para
tokoh organisasi pergerakan nasional Indonesia.
Bangsa
Indonesia sudah memasuki kebangkitan nasional yang kedua berusaha mengejar
ketinggalan dalam era globalisasi ilmu dan teknologi, suatu masa di mana kita
harus meningkatkan persatuan serta patriotisme untuk membawa bangsa Indonesia
menuju masa depan yang lebih baik dari masa sekarang.
3.Sejarah dapat
berguna sebagai rekreatif
Sejarah
dapat memberikan kesenangan dan rasa estetis karena penulisan sejarah mampu
menarik pembaca berekreasi tanpa beranjak dari tempat. Kita dapat menyaksikan
peristiwa- peristiwa yang telah lampau dan jauh terjadinya. Kita seolah-olah
mengelilingi negeri jauh dan menyaksikan peristiwa yang terjadi pada masa
lampau,
misalnya,
pembangunan Taman Bergantung di Babilonia atau Taj Mahal di Agra India. Kita
dapat melihat keindahan dan kehebatan masyarakat pada waktu itu. Maka melalui
kegunaan rekreatif ini akan mendorong masyarakat untuk maju dan lebih terbuka,
dapat bergaul dengan siapa pun, menyenangi ilmu dan teknologi, disiplin,
bekerja keras, menghormati hukum, inovatif, produktif, serta mau bekerja sama
untuk mencapai cita-cita bangsa.
d.
Hubungan Ilmu Sejarah Dengan Ilmu
Sosial Lainnya
Selain mempunyai ilmu Bantu dalam keilmuaannya,
sejarah juga menjalin hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama sesama ilmu
sosial. Dalam hubungan ini yang terjadi adalah hubungan yang saling
membutuhkan, disinilah letak perbedaanya dengan konsep ilmu Bantu sejarah,
dimana sejarah yang lebih dominant dalam mebutuhkan bantuan guna mengungkap
suatu permasalahan, lebih tepatnya kita dapat menyebutnya dengan kombinasi dari
dua ilmu sosial.
Perkembangan
Ilmu Sejarah pasca perang dunia II menunjukkan kecenderungan kuat untuk
mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian Sejarah.
a. Hubungan Sejarah dengan Ilmu
Politik
Ilmu politik dalam perkembangannya sangat
dibantu oleh sejarah dan Filsafat, Dua kajian ini turut mengembangkan kajian
ilmu politik baik dari segi pencarian konsepsi fundamental maupun penelusuran
titik-titik penemuan data dan fakta dan masa-masa sebelumnya. Dalam buku
pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Sartono menuliskan “Politik
adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik masa lampau. Sejarah
identik dengan politik, sejauh keduanya menunjukkan proses yang mencakup
keterlibatan para aktor dalam interaksi dan peranannya dalam usaha memperoleh
apa, kapan dan bagaimana.
b.
Hubungan Sejarah dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi
dan sejarah itu sama-sama termasuk kedalam ilmu sosial, yaitu ilmu yang
membahas interaksi manusia dan lingkungannya. itulah kenapa di SMP, pelajaran
ekonomi dan sejarah itu digabung. karena berasal dari rumpun ilmu yang sama,
terkadang materinya pun berkaitan bahkan terkadang tumpang-tindih. Misalnya,
pada materi perdagangan internasional, di sejarah juga ada. di sejarah disebutkan bahwa bangsa eropa
pergi ke indonesia utk mencari rempah-rempah.Dengan belajar dari masa lalu
(sejarah) kita juga dapat belajar supaya perekonomian dapat lebih baik.
Banyak
Kebijakan pemerintah kolonial di masa lalu yang dilandasi oleh kepentingan
ekonomi. Misalnya, untuk memahami sejarah perdagangan rempah-rempah di
Nusantara pada abad ke XVI sampai abad XVIII,maka tidak dapat dipisahkan dari
peran kongsi dagang Hindia Belanda Timur yakni VOC ( Verenigde Oost Indische
Compagnie).
c.
Hubungan Sejarah dengan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat dan aspek-aspek dinamis yang ada didalamnya,
secara tidak langsung kita dapat menemukan bahwa objek kajian antara sosiologi
dan sejarah tidak jauh berbeda, namun sejarah membatasinya dengan konsep ruang
dan waktu. Sebagai sesama ilmu sosial yang kajiannya tidak jauh berbeda maka
tidak sulit kita menemukan hubungan-hubungan keilmuan antara sejarah dan
sosiologi Pada beberapa dasawarsa terakhir ini banyak sekali hasil-hasil
penelitian sosiologi berupa studi sosiologis yang memfokuskan studinya pada
gejala-gejala sosial yang terjadi dimasa lampau(supardan, 2008:325), dengan
memasukkan konsep ruang tadi maka dapat kita lihat bahwa kajian tersebut jelas
menggunakan beberapa konsep dari sejarah untuk menjelaskan studi tersebut.
Karya-karya seperti Pemberontakan Petani Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan
Sosial Masa Revolusi Industri di Inggris Karya Smelzer, serta Asal Mula
Sistem Totalitier dan Demokrasi karya Barrington Moore. Karya-karya
tersebut sering disebut Sejarah Sosilogi.(Kartodirdjo dalam Supardan, 2008:
325)
Sejarawan juga terkadang melakukan pendekatan
sosilogis dalam melakukan penlitian, bahkan pada bias dikatakan mulai terdapat
kecendrungan penulisan sejarah, dari yang bersifat konvensioanl dan naratif
kepada penulisan sejarah dengan kompleksitas tinggi, dimana sejarah dan
ilmu-ilmu sosial lainnya saling berketergantungan dalam melakukan sebuah
pembahasan masalah.
d.
Hubungan Sejarah dengan Antropologi
Antropologi sebagai salah satu dari
ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga
sebaliknya. Dalam penulisan sejarah, sejarawan tidak jarang menggunakan teori
dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam
konsep antropologi diantaranya ialah, simbol, sistem kepercayaan, folklore,
tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan
agraris.Sementara itu, sumbangan Ilmu sejarah terhadap antropologi adalah,
sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah.
Titik temu antara Antropologi budaya
dan sejarah sangatlah jelas. Keduanya mempelajari tentang manusia. Bila sejarah
menggambarkan kehidupan manusia dan masyarakat pada masa lampau, maka gambaran
itu juga mencakup unsur-unsur kebudayaannya . unsur-unsur itu antara lain,
kepercayaan, mata pencaharian, dan teknologi. Hasil rekonstruksi yang memadukan
antara sejarah dan antropologi menghasilkan karya sejarah kebudayaan.
e.
Hubungan Sejarah dengan Psikologi
Ilmu
Psikologi sangat berkaitan dengan mental dan kejiwaan manusia. Manusia yang
menjadi objek kajian sejarah tidak hanya sekedar dijelaskan mengenai tindakan
yang dilakukan dan apa yang ditimbulkan dari tindakan itu?mengapa seseorang
melakukan tindakan itu? Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kondisi
kejiwaan yang bersangkutan. Kondisi itu dapat disebabkan oleh rangsangan dari
luar atau lingkungannya, dapat pula dari dalam dirinya sendiri. Penggunaan
psikologi dalam sejarah, melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas
GEOGRAFI
a. Definisi Geografi
Geografi adalah ilmu yang
mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan
atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal
dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("tulisan",
atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah
pada subjek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios
(abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang
peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga
mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan
"lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang
disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari
perbedaan yang terjadi itu.
b. Objek Ilmu Geografi
1. Objek Material
Meliputi letak dan gejala atau fenomena yang terdapat
dan terjadi di geosfer. Letak geografi dibedakan menjadi letak fisiografi dan
letak sosiografi. Contoh letak fisiografi adalah letak astronomis,
maritim,klimatologi, dan letak geomorfologi. Contoh letak sosiografi adalah
letak sosial, ekonomi, politik, dan letak
kultural.Objek material berkaitan dengan bentang lahan fisik dan bentang lahan
manusia (budaya). Bentang lahan fisik atau lingkungan alam
meliputi atmosfer (meteorologi dan klimatologi),
litosfer (geologi,geomorfologi, dan pedologi), hidrosfer (oseanografi dan
hidrologi), sertabiosfer (botani dan zoologi). Bentang lahan budaya atau
lingkunganmanusia meliputi geografi sosial, geografi penduduk, geografi
kota,geografi ekonomi, dan lain-lain.
Objek material yaitu segala sesuatu baik berupa materi
atau berupa gejala geografi yang terjadi dalam ruang (geosfer) yang dipelajari
oleh geografi. Karena ruang lingkupnya geosfer maka objek studi material ini
berada di 5 bagian geosfer yaitu:
2.Objek Formal
Merupakan cara pandang dan cara pikir terhadap objek
material dari sudut geografi. Cara pandang dan cara pikir terhadap objek
material dilihat dari segi keruangan, kelingkungan, dan kompleks
wilayah,serta waktu.
a.Sudut Pandang Keruangan
Melalui sudut pandang keruangan, objek formal ditinjau
dari segi nilai suatu tempat dari berbagai kepentingan. Dari hal ini kita bisa
mempelajari tentang letak, jarak, keterjangkauan (aksesibilitas),
dansebagainya.
b.Sudut Pandang Kelingkungan
Sudut pandang ini diterapkan dengan
cara mempelajari suatu tempat dalam kaitannya dengan keadaan suatu tempat
beserta komponen-komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
Komponen-komponen tersebut terdiri atas komponen abiotik dan biotik.
c.Sudut Pandang Kewilayahan
Pada sudut pandang ini, objek formal dipelajari
kesamaan dan perbedaannya antarwilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
Dari sudut pandang ini kemudian muncul pewilayahan seperti kawasan gurun, yaitu
daerah-daerah yang mempunyai ciri-ciri serupa dalam komponen atmosfer.
d.Sudut Pandang Waktu
Objek formal dipelajari dari segi perkembangan dari
periode ke periode waktu atau perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
Contoh: perkembangan wilayah dari tahun ke tahun
dan kondisi garis pantai dari waktu ke waktu. Bidang
Lapangan Kerja Geografi Para geograf dapat bekerja di banyak bidang lapangan
kerja. Mereka ada yang menjadi pengajar atau dosen di perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta. Bidang lain yang dapat dimasuki adalah menjadi pegawai
c.
Sejarah
Ilmu Geografi
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama
dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan
pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus,
Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi
sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan
teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan
daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh
pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut
Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan
mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab
seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun
warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi
menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17
banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detail
yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia
Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai
dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di
universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris
dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu
karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh
Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas
pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan di Indonesia[butuh
rujukan]. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan
botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin
ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi
regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori
yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh
lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl
Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah
"iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi
malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah
lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas".
Ahli geografi determinisme lingkungan
mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an
pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu
mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme
lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap
skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya
(seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali
topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional
memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga
metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region.
Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha
geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan
interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering
disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah
untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena.
Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan
matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi
Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan
pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian
geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah
munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan
fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran
manusia dan hubungannya dengan tempat.
Pengaruh lainnya adalah geografi marxis,
yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena.
David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal.
Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada
konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi
pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk
menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.
d.
Manfaat
Ilmu Geografi
Ilmu
geografi dapat dimanfaatkan sesuai bidangnya masing-masing, misalnya:
1.
Bidang Pertanian
Pertanian merupakan sistem keruangan
yang terdiri dari aspek fisik dan manusia. Aspek fisik antara lain : lahan,
iklim, air dan udara. Aspek manusia meliputi tenaga kerja, tradisi, teknologi
dan ekonomi masyarakat. Analisis hubungan antara aspek fisik dengan manusia
pada bidang pertanian bermanfaat untuk menyusun sistem diversifikasi tanaman
pada lahan pertanian, yang penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan lahan
agar produktivitas tetap tinggi.
2.
Bidang Industri
Merupakan tinjauan terhadap aspek
industri pada hubungan antara aspek fisik dan manusia. Aspek fisik yang
berpengaruh terhadap kegiatan industri misalnya lahan, bahan baku dan sumber
daya energi. Sedangkan aspek manusia yang penting untuk kegiatan industri
adalah tenaga kerja, tradisi, teknologi, konsumen dan pasar. Hasil analisis
hubungan digunakan untuk menyusun rencana pembangunan dan pengembangan
industri. Sebagai contoh untuk memeratakan persebaran penduduk maka sebaiknya
pemerintah mengarahkan penempatan lokasi industri di daerah yang masih jarang
penduduknya.
3.
Bidang Litosfer
a.
Pemanfaatan tata guna lahan untuk kegiatan pertanian.
b.
Pengidentifikasian atau pengenalan daerah-daerah pusat gempa sehinnga dapat
mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
c.
Pemanfaatan sumber daya tambang dihasilkan dari suatu daerah.
d.
Pemanfaatan energi geotermal, yaitu panas bumi melalui peledakan rongga-rongga
besar di dalam kerak bumi.
4.
Bidang Atmosfer
a.
Adanya prakiraan cuaca yang membantu dalam kegiatan perhubungan dan pertanian.
b.
Pemanfaatan kilatan petir untuk menambah sumber daya energi listrik.
c.
Pemanfaatan angin untuk membantu kegiatan pelayaran.
d.
Pemanfaatan lapisan udara untuk frekuensi gelombang radio.
e.
Penggunaan angin sebagai sumber energi melalui kincir angin ataupun alat
aerodinamika.
f.
Melalui pembelajaran konsep iklim, dapat diciptakan suatu iklim buatan dengan
rumah kaca untuk tanaman.
5.
Bidang Hidrosfer
a.
Pemanfaatan sungai, danau, dan laut untuk kegiatan transportasi dan sumber
energi.
b.
Pemanfaatan sungai untuk pembangkit tenaga listrik.
c.
Pemanfaatan gelombang atau ombak untuk olahraga selancar.
d.
Pemanfaatan air tanah untuk industri air mineral.
e.
Pemanfaatan tenaga pasang surut untuk sumber energi sehingga dapat menyalurkan
air melalui turbin-turbin.
f.
Pemanfaatan geiser yang terjadi secara alamiah sebagai sumber tenaga di
beberapa negara.
6.
Bidang Biosfer
a.
Di daerah padang rumput dimanfaatkan untuk kegiatan peternakan.
b.
Pemanfaatan pegunungan salju untuk kegiatan olahraga ski.
c.
Pemanfaatan keindahan pantai untuk membuka daerah tujuan wisata.
7.
Bidang Antroposfer
a.
Pemanfaatan data sensus penduduk untuk perencanaan pembangunan.
b.
Pemanfaatan sungai, danau, dan rawa untuk sumber mata pencaharian.
c.
Membantu manusia menentukan lokasi pendirian industri.
e.
Hubungan
Ilmu Geografi Dengan Ilmu Sosial Lainnya
Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu
yang mempelajari tentang interaksi
mahluk hidup dan lingkungan serta kejadian, keadaan di bumi dan ruang
lingkupnya. Serta ilmu geografi merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dalam buku susunan Mulyadi yang berjudul
aspirasi mengemukakan bahwa. keterkaitan geografi dengan Ilmu Pengetahuan
Sosial kita dapat melihat dari ilmu penunjang geografi yang antara lain:
geologi, geofisika, metereologi, astronomi, biogeografi, geomorfologi, hidrografi,
oseanografi, paleontologi, antropogeografi, geografi matematik, geografi
historik, geografi regional, geografi
politik, geografi fisik, geografi manusia.
Selama berabad-abad geografi hanya di
katakan dengan pemetaan dan exsplorasi
segala sudut bumi. Kini, pemetean tetap merupakan hal penting dalam
penelitian geografis tetapi bidang studi ini menjadi satu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri yakni kartografi.
Para ahli ilmu bumi sekarang telah
membuat pengkhususan untuk ilmu bumi, baik secara fisik (geografi fisik) maupun
secara sosio-kultural ( geografi social). Geografi juga melakukan pengamatan
terhadap bentuk dan struktur bumi. selain itu, selain itu geografi sekarang
juga mempelajari perubahan yang terjadi dalam unsure tata bumi, misalnya
tumbuhnya perkotaan serta perkembangannya di masa mendatang.
Tujuan pokok geografi sebenarnya
terletak jauh di balik segala uraian dan pemetaan ciri fisik bumi geografi
berusaha menjelaskan pola ruang yang berkaitan dengan cirri fisik bumi dan
unsur manusiawi. Pola dan fariasi di pelajari bersama-sama dan tidak di
pilah-pilah, penjelasan tentang pola ruang di jelalaskan secara gelobal.
Semua itu berhubungan dengan Ilmu
pengetahuan Sosial karena memepelajari tentang interaksi mahluk hidup dan
lingkungan serta kejadian dan keadaan di bumi dan ruang lingkupnya.
EKONOMI
a.
Definisi
Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti
masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan tersebut kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg:
scarcity).
Kata "ekonomi" sendiri berasal
dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga"
dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis
besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen
rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom
adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
b.
Objek
Ilmu Ekonomi
Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat
dibagi dengan beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs
makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi positif
(deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya. Ekonomi juga
difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen keluarga, bisnis, dan
pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan dalam bidang-bidang selain
bidang moneter, seperti misalnya penelitian perilaku kriminal, penelitian
ilmiah, kematian, politik, kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini
dimungkinkan karena pada dasarnya ekonomi — seperti yang telah disebutkan di
atas — adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia. Banyak teori yang dipelajari
dalam ilmu ekonomi diantaranya adalah teori pasar bebas, teori lingkaran
ekonomi, invisble hand, informatic economy, daya tahan ekonomi, merkantilisme,
briton woods, dan sebagainya.
c.
Sejarah
Perkembangan Ilmu Ekonomi
Adam Smith sering disebut sebagai yang
pertama mengembangkan ilmu ekonomi pada abad 18 sebagai satu cabang tersendiri
dalam ilmu pengetahuan. Melalui karya besarnya Wealth of Nations, Smith mencoba
mencari tahu sejarah perkembangan negara-negara di Eropa. Sebagai seorang
ekonom, Smith tidak melupakan akar moralitasnya terutama yang tertuang dalam
The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan sejarah pemikiran ekonomi kemudian
berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred Marshall, J.M. Keynes,
Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2006, Edmund Phelps.
Secara garis besar, perkembangan aliran
pemikiran dalam ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran
klasik. Aliran yang terutama dipelopori oleh Adam Smith ini menekankan adanya
invisible hand dalam mengatur pembagian sumber daya, dan oleh karenanya peran
pemerintah menjadi sangat dibatasi karena akan mengganggu proses ini. Konsep
invisble hand ini kemudian direpresentasikan sebagai mekanisme pasar melalui
harga sebagai instrumen utamanya.
Aliran klasik mengalami kegagalannya
setelah terjadi Depresi Besar tahun 1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak
mampu bereaksi terhadap gejolak di pasar saham. Sebagai penanding aliran
klasik, Keynes mengajukan teori dalam bukunya General Theory of Employment,
Interest, and Money yang menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan
keseimbangan, dan karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar
distribusi sumber daya mencapai sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling
"bertarung" dalam dunia ilmu ekonomi dan menghasilkan banyak varian
dari keduanya seperti: new classical, neo klasik, new keynesian, monetarist,
dan lain sebagainya.
Namun perkembangan dalam pemikiran ini
juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan kelas dari Karl Marx
dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama dikembangkan oleh
Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North.
d.
Manfaat
Ilmu Ekonomi
1. Setiap manusia pasti berusaha mengatur kebutuhan
ekonominya, maka dari itu ilmu ekonomi sangat berperan penting di sektor
kebutuhan manusia.
2. Ilmu ekonomi sangat berperan penting bagi suatu daerah,
baik daerah kecil maupun besar seperti negara, karena ilmu ini dapat
meningkatkan taraf hidup Sumber Daya Manusia.
3. Ilmu ekonomi sangat berperan penting dalam mengatur
prinsip kebutuhan pokok sosial / masyarakat.
4. Mempelajari ilmu ekonomi dapat melatih seseorang agar
berjiwa Sosial dan bersifat teliti ( cermat ) serta ekonomis.
5. Mempelajari ilmu ekonomi dapat melatih seseorang agar
mampu mengatur atau mengelola nilai nominal dengan baik dan bijak.
6. Mempelajari ilmu ekonomi sangat penting ,dan hal pokok
bagi setiap masyarakat khususnya dalam ruang lingkup keluarga, tujuannya agar
dapat dengan cermat mengatur skala prioritas kebutuhan dari keperluan yang
terpenting/ mendesak terlebih dahulu.
7. Mempelajari ilmu ekonomi melatih seseorang agar dapat
mandiri dalam berwirausaha dan mengelola kebutuhanya.
e.
Hubungan
Ilmu Ekonomi Dengan Ilmu Sosial Lainnya
Ilmu ekonomi selain sebagai disiplin
ilmu yang mandiri, juga merupakan salah satu bagian dari ilmu sosial.
Mempelajari suatu ilmu haruslah mengerti
nilai khas atau karakteristik ilmu tersebut, begitu pula dengan ilmu ekonomi.
Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di bangku sekolah/ kuliah,
bidang studi (ilmu) ekonomi memiliki persamaan dan juga perbedaan dengan ilmu
sosial lainnya layaknya : ilmu politik, sejarah, psikologi, pend.
kewarganegaraan, dsb.
Persamaan ilmu ekonomi dengan ilmu
sosial adalah memiliki objek formal yang sama. Objek yang diamati/ dipelajari
oleh semua ilmu sosial adalah manusia dan perilakunya. Melalui pembelajaran
ilmu sosial, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga
berlaku pada mata pelajaran ekonomi.
Ilmu ekonomi memang berkaitan dan sangat
berdekatan dengan ilmu sosial lainnya, bahkan seringkali bertumpang tindih
dengan apa yang dipelajari oleh ilmu ekonomi.
Perbedaan ilmu ekonomi dengan ilmu
sosial adalah : memiliki objek material yang berbeda. Objek material/ inti
permasalahan Ilmu ekonomi berupa kelangkaan, yaitu bagaimana manusia melakukan
tindakan pemilihan atas berbagai keterbatasan dalam sumber daya ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas baik dalam hal produksi ataupun
konsumsi.
ILMU
POLITIK
a.
Definisi
Ilmu Politik
Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial
yang membahas teori dan praktik politik serta deskripsi dan analisis sistem
politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori, dan riset.
Ilmuwan politik mempelajari alokasi dan
transfer kekuasaan dalam pembuatan keputusan, peran dan sistem pemerintahan
termasuk pemerintah dan organisasi internasional, perilaku politik dan
kebijakan publik. Mereka mengukur keberhasilan pemerintahan dan kebijakan
khusus dengan memeriksa berbagai faktor, termasuk stabilitas, keadilan,
kesejahteraan material, dan kedamaian. Beberapa ilmuwan politik berupaya
mengembangkan ilmu ini secara positif dengan melakukan analisis politik.
Sedangkan yang lain melakukan pengembangan secara normatif dengan membuat saran
kebijakan khusus.
Studi tentang politik diperumit dengan
seringnya keterlibatan ilmuwan politik dalam proses politik, karena pengajaran
mereka biasanya memberikan kerangka pikir yang digunakan komentator lain,
seperti jurnalis, kelompok minat tertentu, politikus, dan peserta pemilihan
umum untuk menganalisis permasalahan dan melakukan pilihan. Ilmuwan politik
dapat berperan sebagai penasihat untuk politikus tertentu, atau bahkan berperan
sebagai politikus itu sendiri. Ilmuwan politik dapat terlihat bekerja di
pemerintahan, di partai politik, atau memberikan pelayanan publik. Mereka dapat
bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau pergerakan politik. Dalam
berbagai kapasitas, orang yang dididik dan dilatih dalam ilmu politik dapat
memberi nilai tambah dan menyumbangkan keahliannya pada perusahaan. Perusahaan
seperti wadah pemikir (think-tank), institut riset, lembaga polling dan
hubungan masyarakat sering mempekerjakan ilmuwan politik.
b.
Objek
Ilmu Politik
Politik telah lama diakui sebagai sebuah
disiplin ilmu pengetahuan sosial yang berdiri sendiri karena politik dinilai
telah memenuhi kriteria sebagai sebuah disiplin ilmu. Perlu digaris bawahi
bahwa salah satu syarat untuk bisa dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu
adalah adanya objek. Sementara itu, objek adalah sesuatu yang menjadi pokok
pembicaraan. Dengan kata lain, objek merupakan apa yang akan diamati, diteliti,
dipelajari, dan dibahas. Dalam penjabarannya, objek itu sendiri terdiri dari
objek materi dan objek formal. Setiap objek materi dari sebuah disiplin ilmu
bisa saja sama dengan objek materi disiplin ilmu lainnya, karena bersifat umum
dan merupakan topik yang dibahas secara global tentang pokok persoalan (subject
matter). Sedangkan objek formal lebih bersifat khusus dan spesifik, karena
merupakan pusat perhatian (focus of interest) suatu disiplin ilmu pengetahuan.
Objek formal berbeda pada masing-masing disiplin ilmu karena perbedaan sudut
pandang, yaitu meninjau sasarannya hanya dari suatu sudut pandang dengan
caranya yang khas dan khusus. Jadi, yang membedakan suatu disiplin ilmu dengan
disiplin ilmu lainnya adalah objek formalnya, walaupun objek materinya sama.
Berikut ini ilustrasi adanya titik persamaan dan perbedaan antara ilmu politik
dengan ilmu-ilmu kenegaraan lainnya dari perspektif objek materi dan objek
formalnya.
c.
Sejarah
Ilmu Politik
Jika kita mengklaji ilmu politik, kita
dapat memulainya dari ilmu politik yunani kuno, kemudian abad Romawi, lalu abad
Pertengahan (middle ages), sampai pada Rennaisance dan abad pencerahan sampai
abad 19 dan abad 20.
Dalam
kajian sejarah ilmu politik, ada dua teori tentang lahirnya ilmu politik, yaitu
pembahasan secara luas dan pembahasan secara sempit. Secara luas ilmu politik
sudah ada sejak zaman dahulu terbukti dari peninggalan prasasti serta
pembahasan–pembahasan dan tulisan-tulisan dari para philosophy masa lampau.
Sedangkan secara sempit ilmu politik dilihat dari aspek sisstematisnya sebagai
ilmu dalam aspek akademis.
Secara luas
Ilmu
politik telah ada sejak zaman dahulu, dibuktikan dari karya karya berikut:
·
Yunani Kuno pada tahun 450 SM pemikiran
mengenai Negara sudah dimulai, dilihat dari karya Herodutus, Plato dan
Aristoteles
·
Asia , seperti Imdia tahun 500 SM
terdapat kitab kesusastraan Dharmasastra dan Arthasastra.
·
Wilayah Asia lain, Cina tahun 500 SM,
terdapat beberapa tokoh filsuf seprti Confucius dan Kung Fu Tzu
·
Arab abad II M terdapat beberapa karya
AL - Marwardi berjudul AL – Akham AS-Sultaniyyah
·
Indonesia , terdapat beberapa karya yang
membahas masalah sejarah dan kenegaraan seperti yang ditulis dalam buku
Negarakertagama dan Babad Tanah Jawi pada abad 13-15 M
Secara Sempit
Dinegara Eropa seperti Jerman, Austria
dan prancis dimulai kelahiran ilmu politik. Pada abad ke 18 dan ke 19
negara-negara tersebut dipengaruhi dan di monopoli oleh Ilmu Hukum, oleh sebab
itu beberapa pemikir Negara tersebut mulai beralih kepada ilmu-ilmu social
politik.
Tahapan-tahapan
perkembangan dimulai dari :
·
Abad 18 dan 19 di Jerman, Austria dan
Prancis telah muncul pembahasan tentang politik namun masih kental dipengaruhi
hukum dan negara.
·
Di Inggris Ilmu politik dipengaruhi oleh
filsafat moral dan sejarah
·
Di Paris Prancis tahun 1870 lahir Ecole
libredes Scienies
·
Di Inggris tahun 1895 muncul lembaga
London School of Economic and Political Science
·
Di AS tahun 1858 diangkat Francis Lieber
sebagai guru besar Sejarah dan Ilmu politik di columbia College.
·
Masih di AS tahun 1904 lahir American
Political Science Assosiation (APSA)
·
Unesco lembaga dibasah PBB tahun 1948
melahirkan buku Contemporary Political Science
d.
Manfaat
Ilmu Politik
1.
Mengerti bagaimana keadaan politik saat ini. Karena dengan mengerti kita tidak
gampang dibodohi politik yang ada.
2.
Kebaikannya: Kita bisa memberi penilaian secara objektif tentang masalah
politik, kalau kita tidak mengetahuinya tentu kita hanya bisa ikut-ikutan
pendapat yang ada.
e.
Hubungan
Ilmu Politik Dengan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya
Politik sangat
berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial lainnya karena ilmu politik
mempelajari gejala-gejala sosial lainnya yang selalu berubah.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Ilmu Ekonomi
Pada masa dahulu, ilmu
politik dan ilmu ekonomi dianggap sebagai satu bidang ilmu tersendiri, yaitu
politik ekonomi. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu tersebut
memisahkan diri menjadi ilmu politik dan ilmu ekonomi. Dalam mengajukan siasat
tertentu, sarjana ekonomi dapat bertanya kepada sarjana ilmu politik tentang
politik apa yang paling baik dipakai dalam tujuan tertentu. Sarjana ilmu
politik juga dapat bertanya pada sarjana ekonomi tentang syarat-syarat ekonomis
yang harus dipenuhi guna mencapai tujuan tertentu, khususnya menyangkut
pembinaan kehidupan demokrasi.
Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Hukum
Sejak dulu ilmu hukum
sangat erat kaitannya dengan ilmu politik, karena mengatur dan melaksanakan
undang-undang merupakan salah satu kewajiban negara yang penting. Ahli hukum
melihat negara semata-mata sebagai lembaga atau organisasi hukum. Ahli ilmu
politik lebih selain cenderung menganggap negara sebagai system of controls,
juga memandang negara sebagai suatu asosiasi atau sekelompok manusia yang
bertindak untuk mencapai beberapa tujuan bersama.
Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Sosiologi
Sosiologi dan ilmu
politik mempelajari tentang negara, tetapi sosiologi menganggap negara adalah
salah satu lembaga pengendalian sosial. Sosiologi juga menganggap negara
sebagai salah satu asosiasi dalam masyarakat dan memerhatikan bagaimana sifat
dan kegiatan anggota asosiasi itu mempengaruhi sifat dan kegiatan negara. Jadi,
ilmu politik dan sosiologi sama dalam pandangannya bahwa negara dapat dianggap
baik sebagai asosiasi maupun sebagai sistem pengendalian. Hanya saja bagi ilmu
politik negara merupakan obyek penelitian pokok, sedangkan dalam sosiologi
negara hanya merupakan salah satu dari banyak asosiasi dan lembaga pengendalian
dalam masyarakat.
Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Psikologi
sosial
Psikologi sosial adalah
pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia
dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan
dalam kelompok atau golongan. Psikologi pada umumnya memperhatikan tentang
kehidupan perorangan. Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia baik ekstern
maupun intern. Dengan ke dua analisis ini, ilmu politik dapat menganalisis
secara lebih mendalam makna dan peran orang kuat, kondisi sosial ekonomi, serta
ciri-cri ciri-ciri kepribadian yang memungkinkannya memainkan peran besar itu.
Hubungan Ilmu Politik dengan Antropologi
Budaya.
Antropologi budaya
menyelidiki aspek-aspek budaya dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang
mempelajari kebudayaan masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan antropologi
dapat bermanfaat bagi ilmu politik. Terutama hasil-hasil penyelidikan
kebudayaan dimasa lampau yang meliputi semua aspek budaya masyarakat, termasuk
ide-ide dan lembaga-lembaga politiknya.
Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Sejarah
Tanpa sejarah ilmu
politik akan buntu, karena sejarah menyumbangkan bahan berupa data dan fakta
dari masa lampau untuk di olah lebih lanjut. Politik membutuhkan sejarah dan
hampir semua peristiwa sejarah adalah peristiwa politik. Ilmu politik
memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandingan dari
buku-buku sejarah. Sejarah merupakan gudang data bagi ilmu politik.
Hubungan Ilmu Politik dengan Geografi
Segala penyelidikan
atas kehidupan manusia tidak akan bermanfaat dan tidak akan sempurna jika
penyelidikan itu tidak meliputi keadaan geografi. Misalnya letak geografis
menentukan apakah suatu Negara akan menjadi Negara “land power” atau “sea
power”. Demikian juga letak suatu Negara akan mempengaruhi dalam diplomasi dan
strategi perang. Sebagai contoh, kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I terutama
disebabkan oleh apa yang mereka sebut dengan “kekalahan geografis”. Peristiwa
tersebut menunjukkan betapa eratnya hubungan ilmu politik dengan geografi.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kaitan antara ilmu politik dan ilmu
pengetahuan sosial lainnya sangat erat dan saling memengaruhi. Pendekatan ilmu
sosial sangat berguna bagi analisa-analisa politik, sepanjang ilmu sosial mampu
menempatkan masalah-masalah politik dalam konteks sosial yang lebih umum. Ilmu
politik menjadi lebih berkembang dengan adanya ilmu sosial lainnya.
ILMU HUKUM
a.
Definisi
Ilmu Hukum
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya
hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini,
sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya
tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).
Selanjutnya
menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum.
Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai
hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian,
sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat.
Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum menelaah hukum sebagai suatu
gejala atau fenomena kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa
kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat
perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke
masa sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut.
b.
Objek
Ilmu Hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang
bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan
hukum. Objek hukum dapat berupa benda atau barang ataupun hak yang dapat
dimiliki serta bernilai ekonomis.
Jenis
objek hukum berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat
dibagi menjadi 2, yakni:
1. Benda Bergerak
Adalah
suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera,
terdiri dari benda berubah / berwujud.
2. Benda Tidak Bergerak
Adalah
suatu benda yang dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan
kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk
perusahaan, paten, dan ciptaan musik/lagu.
c.
Sejarah
Ilmu Hukum
Pada hakekatnya perkembangan ilmu hukum
di dunia, berawal dan berlangsung tidak terlepas dari eksistensi kehidupan
manusia itu sendiri. tidak mengherankan ketika individu-individu dalam suatu
kelompok masyarakat selalu berkeinginan untuk hidup bermasyarakat dan dengan
sifat ketergantungan baik antara individu, yang satu dengan yang lain maupun
antara kelompok dengan individu dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Sifat-sifat keinginan manusia untuk
bermasyarakat dimana, sebagai mahkluk sosial yang saling membutuhkan (Zoon
Politicon) yang bersifat alamiah, sebagaimana di utarakan oleh Aristoteles
dimana pemikir sosiolog ini, objektive dan realistic dalam membangun teorinya
secara empirik.
Berangkat dari perilaku dan sifat-sifat
manusia di atas, penulis berpendapat bahwa hal tersebut tetap tidak terhindar
dari nalurih kekuasaan dan keserakahan dari individu atau kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain, dengan tujuan superiotitas atau mendapatkan
kedudukan yang lebih tinggi derajatnya dalam lingkungan kehidupan masyarakat
kekuasaannya.
Agar terhindar dari benturan kepentingan
dan sifat keserahkahan manusia atau kelompok untuk berkuasa, sebagaimana dalam
Adigium yang di kembangkan oleh Thomas Hobbes yang sangat terkenal seperti Homo
Hommini Lupus, (manusia yang satu adalah serigala bagi manusia yang lainnya)
tentu di butuhkan sebuah perangkat (Hukum) untuk mengimbangi dan menjamin
hak-hak fundamental yang di miliki oleh setiap orang agar tidak dapat di
langgar atau di tindas oleh pihak yang berkuasa.
d.
Manfaat
Ilmu Hukum
(a) Menguasai Hukum Indonesia;
(b) Menguasai dasar-dasar ilmiah dan
dasar-dasar kemahiran kerja untuk mengembangkan Hukum dan Ilmu Hukum serta
mampu mengikuti perkembangan Hukum dan Ilmu Hukum;
(c) Mengenal dan peka akan masalah-masalah
keadilan dan masalah-masalah kemasyarakatan;
(d) Mampu menganalisis masalah-masalah hukum
dalam masyarakat
(e) Mampu menggunakan Hukum dan Ilmu Hukum
sebagai sarana untuk memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan dengan arif dan
bijaksana dan tetap berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum.
e.
Hubungan Ilmu Hukum Dengan Ilmu Sosial Lainnya
Ilmu hukum sebagai bagian dari ilmu
sosial yang memfokuskan objek kajiannya pada masyarakat, kita pahami merupakan
suatu sistem sosial, sehingga mempunyai banyak segi. Sehingga tidak tepat jika
hanya memahami hukum sebagai satu bentuk peraturan perundang-undangan saja.
Lebih dari itu, hukum di pandang dari ilmu sosialnya adalah suatu gejala sosial
yang nyata lahir dari realita dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum di pandang
sebagai suatu gejala yang nyata merupakan perwujudan dari kebutuhan masyarakat
akan suatu ketertiban dan keteraturan dalam pergaulan hidup masyarakat. Hukum
selain dipandang sebagai alat untuk mengendalikan masyarakat (control social),
hukum juga berfungsi sebagai alat perubahan dan sebagai alat untuk mencapai
keadilan substansial. Hukum sebagai suatu tatanan tertib sosial mempunyai
banyak dimensi sehingga hokum juga harus dikaji dalam tataran empiriknya.
Karena ciri hokum tidak dapat dipahami tanpa ada kajian empiric mengenai
hubungan-hubungan ketergantungan antara aspek-aspek ketertiban hokum yang
bervariasi yang mengarahkan kepada kecenderungan ciri hukum tertentu.